Senin, 15 Agustus 2011

Wirausaha Sejak Dini (2)

Akibat krisis finansial global yang diikuti pemutusan hubungan kerja (PHK), pengangguran di Indonesia mengalami kenaikan. Data Organisasi Buruh Dunia (ILO) pada 2009 (Agus Wibowo, Harian Bisnis Bali 16 Januari 2009), menyebutkan sektor industri / usaha menyumbang sedikitnya 170.000 hingga 650.000 orang pengangguran. Jumlah itu bisa makin meningkat pesat akibat tidak stabilnya sejumlah industri inti, yang bakal turut mempengaruhi ratusan industri pendukung. Sebagai contoh adalah industri garmen yang membutuhkan pemasok bahan baku kain, benang, bahan kimia, logistik, sampai komponen mesin yang disebut subkontraktor. Demikian juga industri otomotif dengan jaringan pemasok komponen serta industri pulp dan kertas.
Fenomena pengangguran akibat PHK, tentu saja menimbulkan keprihatinan kita semua. Apalagi, mendekati pelaksanaan pemilihan umum (PEMILU) 2014 di mana suhu politik semakin memanas.
Tingginya angka pengangguran tersebut, selain berbanding lurus dengan tindak kriminalitas, maka dapat dikhawatirkan akan digunakan oleh oknum tertentu untuk menciptakan konflik dan disintegrasi bangsa.
Sudah semestinya jika seluruh elemen bangsa mensikapi persoalan pengangguran secara jernih, sambil memikirkan solusi yang tepat untuk mengatasinya.
Salah satu cara mengatasi persoalan pengangguran adalah masyarakat perlu ditumbuhkan semangat dan jiwa kewirausahaan (entrepreneurship). Jiwa dan semangat kewirausahaan ini, sangat penting dalam menentukan kemajuan perekonomian suatu negara. Bukan hanya ketepatan prediksi dan analisis yang tepat, tetapi juga merangsang terjadinya invensi dan inovasi penemuan -penemuan baru yang lebih efektif bagi pertumbuhan ekonomi.
Jiwa Wirausaha atau Entrepreneur pada dasarnya adalah mencari upaya menciptakan nilai tambah, dengan menangkap peluang bisnis dan mengelola sumber daya untuk mewujudkannya.
Sifat-sifat kewirausahaan seseorang dan jiwa wirausaha dibentuk oleh atribut-atribut personal dan lingkungan. Faktor lingkungan mempunyai peran yang signifikan dalam pembentukan jiwa kewirausahaan. Salah satu faktor lingkungan yang berperan besar dalam membentuk jiwa kewirausahaan adalah budaya. Tatkala kewirausahaan dianggap mulia dalam sistem nilai sebuah budaya, seorang wirausahawan mendapat tempat terhormat dalam budaya tersebut. Budaya tersebut akan menjadi ‘produsen’ wiraswasta.
Di samping faktor di atas, terdapat faktor sosiologis yang mendorong berkembangnya jiwa kewirausahaan. Salah satunya adalah tanggungjawab keluarga yang memainkan peranan penting dalam menghasilkan keputusan untuk memulai usaha sendiri.
Menurut Pinchot 1988 (Agus Wibowo, Harian Bisnis Bali 16 Januari 2009), kewirausahaan atau entrepreneurship merupakan kemampuan untuk menginternalisasikan bakat rekayasa dan peluang yang ada. Seorang entrepreneur akan berani mengambil resiko, inovatif, kreatif, pantang menyerah, dan mampu menyiasati peluang secara tepat.
Setidaknya dua cara efektif untuk menanamkan nilai-nilai kewirausahaan yaitu pembiasaan dalam keluarga dan melalui pendidikan sejak dini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan posting komentar Anda, insya Allah berguna...