Senin, 30 Juli 2012

Belajar yang Menyenangkan

Kami memiliki cita-cita agar anak-anak kami dapat secara optimal melejitkan potensi terpendam yang dimilikinya. Oleh karenanya, kami berupaya agar anak-anak belajar secara menyenangkan dan mengalir bak  air yang mengalir tanpa beban.


Minggu, 29 Juli 2012

Merangsang Kreatifitas Anak



Sering kita menemukan seorang anak yang terlihat malas di kelas atau memiliki nilai sekolah yang tidak terlalu baik. Namun ada kalanya mereka bisa mendapatkan nilai yang melebihi teman-teman mereka satu kelas, atau memiliki sesuatu kemampuan yang tidak kita duga dan tidak bisa dilakukan oleh anak-anak yang lain. Jadi bila anda menemukan seorang anak atau bahkan mungkin buah hati kita sendiri terlihat “kurang pandai” jangan berkecil hati. Mungkin saja dia adalah anak yang kreatif dan cerdas, namun belum terlatih / terasah dengan baik. Saya percaya, semua anak memiliki bakat untuk menjadi anak yang cerdas dan kreatif. Lalu bagaimana untuk bisa melatih anak agar bisa menjadi anak yang cerdas dan kreatif? Mari kita ikuti tips-tips di bawah ini:
Ada 10 cara mengasah kreativitas anak, yaitu:


1. Berkreasi setiap hari
Untuk menunjukkan kepedulian kita pada sang buah hati dalam berkreasi, marilah kita ajarkan buah hati kita untuk membuat sesuatu yang kreatif. Misalnya dengan menggambar, melipat kertas, bermain game ( porsi yang semestinya), bermain permainan-permaian edukatif, bernyanyi, bercerita, dan masih banyak lagi. Usahakanlah untuk bisa menemukan sesuatu yang baru dan berbeda dari apa yang pernah dilakukan oleh sang buah hati, sehingga anak tidak merasa bosan dan terpacu untuk lebih berpikiran kreatif.

2.Menggunakan ke dua sisi tubuh
Hal ini memang tidak lazim dilakukan. Namun bila buah hati kita kita latih sejak dini untuk melakukan hal ini, maka hal ini akan sangat bermanfaat di kemuadian hari. Bagaimana caranya? Yaitu dengan melatih anak melakukan sesuatu menggunakan kedua sisi tubuh. Hal paling sederhana yang bisa dilakukan adalah dengan menggambar atau mewarnai menggunakan tangan yang biasa digunakan dalam aktivitas sehari-hari. Misalnya, buah hati kita biasa menggunakan tangan kanan saat melakukan aktivitas sehari-hari (menulis, sikat gigi, makan, dll). Maka kita ajari mereka menggunakan tangan kiri saat menggambar. Akan lebih baik lagi bila dalam aktivitas sehari-hari pun mereka juga terlatih untuk menggunakan tangan yang bergantian. Hal ini akan sangat bermanfaat untuk menyeimbangkan otak kanan dan kiri.

3. Memiliki tokoh yang bisa diteladani dan diidolakan
Dengan memperkenalkan banyak tokoh dunia yang telah sukses, anak-anak menjadi tahu berbagai macam kepribadian dan prestasi dari orang lain. Hal ini sangat penting. Kenapa? Karena anak-anak suka sekali meniru orang lain. Tokoh-tokoh ini bisa seorang pahlawan, penemu, rohaniwan, dan tokoh-tokoh lain yang bisa menjadi teladan buat sang buah hati. Jangan sampai buah hati kita hanya mengidolakan tokoh-tokoh kartun atau film (seperti Tom and Jerry, Superman, Batman, dll). Hal ini memang tidak dilarang, namun akan lebih baik bila tokoh-tokoh tersebut adalah seseorang yang nyata sehingga bisa menumbuhkan motovasi anak untuk meniru hal-hal yang baik di dalam diri tokoh tersbut, lalu diteladani dalam kehidupan yang nyata.

4. Meningkatkan perbedaharaan kata pada anak
Semakin tinggi perbedaharaan kata anak, maka seorang anak akan menjadi lebih mudah dalam memahami seseuatu. Misalnya pada saat membaca. Bila buah hati kita banyak mengetahui makna kata yang dia baca di dalam sebuah artikel, maka mereka akan lebih mudah memahami isi artikel yang ia baca. Dengan mengerti isi artikel yang ia baca, maka pengetahuan si kecil pun menjadi lebih luas.

5. Melatih kemapuan mendengar anak
Secara pribadi, sebagai guru bahasa Inggris, saya sering menggunakan media audio sebagai media pembelajaran anak. Misalnya, dengan menggunakan Tape dan Laoudspeaker. Alat-alat tersebut saya gunakan saat melatih kemampuan mendengar anak-anak dalam belajar bahasa Inggris. Untuk melatih penglihatan, mungkin akan lebih mudah karena pada saat melihat TV pun anak-anak sudah belajar mengerti sesuatu dengan indera penglihatan. Agar indera pendengaran bisa terlatih dengan baik, alangkah lebih baik bila kita sering-sering mengajak anak untuk mendengarkan lagu atau cerita lalu menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan lagu atau cerita tersebut (misalnya dengan cara tebak-tebakan).

6. Menggunakan warna-warni saat bermain dan belajar
Mengapa mainan anak-anak berwarna-warni? Mungkin sebagian dari kita warna-warni hanya digunakan untuk menarik minat anak-anak untuk membeli mainan yang ditawarkan. Namun sebenarnya ada fungsi lain yang lebih bermanfaat. Warna-warni yang biasa dipakai dalam mainan anak ternyata juga bisa mengaktifkan otak kanan. Jadi pada saat buah hati kita belajar menulis, menggambar, dan mewarnai, usahakan menggunakan pensil atau peralatan lain yang berwarna-warni.

7. Melatih ketelitian anak
Saat anak melihat sebuah gambar jerapah, akan lebih mudah bagi anak untuk mengatakan bahwa itu adalah seekor jerapah, daripada melihat kaki jerapah yang panjang dan meminta anak menyebutkan alasan kenapa kaki jerapah begitu panjang. Mengapa hal ini sangat penting? Karena dengan membiasakan anak untuk belajar sesuatu secara lebih mendetail atau kompleks, maka anak-anak akan menjadi lebih termotivasi untuk “mengenal secara lebih” tentang sesuatu yang sudah mereka ketahui. Sehingga kelak setelah mereka dewasa, mereka tidak hanya tertarik untuk menggunakan sesuatu yang telah ada, namun menemukan hal-hal baru lain tentang sesuatu yang pernah ia pakai dan menciptakan sesuatu yang baru lewat sesuatu yang telah ada (semoga bahasanya bisa dipahami).

8. Memberikan liburan yang kreatif
Liburan yang kreatif tidak harus mahal, namun yang terpenting adalah sesuai dengan minat anak. Hal ini bahkan bisa dilakukan di rumah. Misalnya dengan berkebun, mendekorasi rumah, membuat kreasi pernik-pernik, dan masih banyak lagi. Bila perlu kita juga mengajak anak berlibur di luar rumah, misalnya ke tempat wisata yang memiliki permainan outbound. Anak-anak aktif biasanya akan menyukai hal ini, karena segala “emosi dan jiwa” mereka bisa tersalurkan dengan baik. Selain itu, dari pembinaan kakak outbound, anak akan mendapatkan banyak pelajaran tentang arti kerjasama, toleransi, sosialisasi, dan lain-lain. Anak aktif juga harus memiliki moral dan etika yang baik kan? Selain itu diperlukan juga….

9. Jangan terlalu serius dalam mendidik
Suasana keluarga yang terlalu serius dan kaku, biasanya juga kurang mendukung kreatifitas anak untuk bisa berkembang. Gurauan dan humor-humor kecil sangatlah penting di dalam sebuah keluarga. Kita bisa mengajak buah hati kita bercanda pada saat-saat santai, membacakan cerita humor, menceritakan pengalaman sehari-hari yang lucu, dan masih banyak lagi cara lain yang bisa membuat anak merasa rileks saat bertemu dengan orang tuanya. Hal ini juga akan membuat anak merasakan suka cita saat berada di dalam rumah, sehingga anak-anak kita pun bisa lebih ekspresif terutama yang berhubungan dengan kreatifitas yang dia minati dan bakat yang dimiliki.

10. Melatih kemampuan otak kanan
Dengan mengajak anak-anak bernyanyi, berpuisi, menggambar, dan berbagai macam kegiatan kreatif lainnya, kemapuan otak kanan akan bekerja dengan lebih optimal. Di sekolah, biasanya anak-anak akan lebih cenderung menggunakan otak kiri, dan bila kemampuan otak kanan dan kiri bisa bekerja dengan baik dan seimbang, maka anak-anak tidak hanya akan berpeluang mendapatkan prestasi di bidang akademisa saja, melainkan bisa meraih prestasi-prestasi di bidang yang lain, misalnya kesenian. (Kak Zepe, Pencipta Lagu2anak)

Inovasi Membangun Karakter Bangsa



Dalam Seminar Nasional “Budaya Inovasi Membangun Karakter Bangsa Sendiri”, Prof Djamaludin Ancok, seorang Psikologi UGM mengatakan bahwa selama ini sistem pendidikan di Indonesia dinilai sangat buruk karena tidak memicu inovasi dan cenderung memasung. Menurutnya, pemandangan ini dapat dilihat saat memasuki sekolah. Di sekolah guru seluruh menyuruh siswa melipat tangannya, mulut ditutup, dan tidak bergerak. Demikian pula bila menggambar, dari dulu sampai sekarang hanya menggambar pemandangan, ada gunung, burung, dan lainnya.  Bangsa ini membutuhkan suatu inovasi. Untuk menumbuhkan inovasi maka guru harus mengisi kompetensi anak serta memotivasi dan membesarkan hati anak sebagaimana ajaran Ki Hajar Dewantara, yaitu ing ngarso sung tulada, ing madya bangun karsa, ing madya bangun karasa. (Media Indonesia, 12 Juli 2012)

Rabu, 18 Juli 2012

Pendidikan Anak Agar Kreatif



“Pendidikan agar anak kreatif atau cerdas itu dirintis sejak dalam kandungan. Untuk itu, ada tiga hal yang harus disiapkan. Yakni nutrisi, kasih sayang, dan stimulasi. Semua harus dipersiapkan sejak dalam kandungan sampai tiga tahun pertama,” terang dr Soedjatmiko, SpA (K), MSi ditemui di Eka Hospital Tangerang, Minggu (14/11). Menurutnya, tiga tahun pertama adalah masa perkembangan otak yang paling pesat.
Bukan berarti setelah tiga tahun, orangtua bisa lepas tanggung jawab begitu saja. Di rumah, orangtua bisa melakukan banyak hal untuk mendidik putra-putrinya. Semua dilakukan berdasar tiga asas tadi:  nutrisi, kasih sayang, dan stimulasi. “Misalnya, anak diajak mengobrol, bercanda, dan menyanyi. Pada fase itu, mungkin anak kita belum bisa membalas obrolan atau menyanyi lagu. Setidaknya, ketika anak mendengar orangtua menyanyi atau bersenandung, anak memperoleh rangsangan. Itu salah satu bentuk orangtua mendidik anak-anaknya,” sambung Soedjatmiko.
Kelompok bermain atau TK bukan satu-satunya kubu yang mengantar anak meraih kecerdasan. Soedjatmiko mengumpamakan, nutrisi atau asupan makanan membentuk hardware. Kasih sayang dan rangsangan membangun unsur software buah hati Anda. Soedjatmiko menekankan kasih sayang dan rangsangan disertai alasan kuat.
“Berapa jam durasi anak-anak tinggal di TK? Mereka berangkat jam 8 pagi lalu pulang jam 11 siang, misalnya. Anak-anak tidur katakanlah 10 jam. Mereka menimba ilmu di playgroup atau TK 3 jam. Masih ada sisa 11 jam per sehari. Nah, mau diisi apa yang 11 jam ini? Siapa yang seharusnya mengisi setelah anak-anak keluar dari gedung sekolah? Orangtua,” lanjutnya.
Tiga Jam Dibanding 13 Jam
Ia kembali mempertanyakan, “Apakah yang 3 jam sanggup mengalahkan yang 11 jam? Tidak. Peran orangtua sangat besar. Lebih dari itu, yang 11 jam ini harusnya diisi keluarga. Keluarga bisa siapa saja.” Bisa kakek-nenek si kecil. Bisa paman dan bibi atau kakaknya. Keluarga punya peran besar dalam memberi pendidikan.
Kasih sayang dan stimulasi diberikan setiap saat, oleh segenap elemen keluarga. Pendidikan di lingkungan keluarga, bisa dilakukan dengan bermain-main. Misalnya, petak umpet, menyusun puzzle sederhana, belajar mencoret, dan menyusun tutup botol. Stimulasi adalah stimulasi. Tidak ada stimulasi besar maupun kecil.
Soedjatmiko mencontohkan, anak usia tiga tahun punya kemampuan menyentuh, menggambar, membangun, berkhayal, berlari, memanjat, meluncur, mengayun, dan berkonsentrasi. Selama tiga jam mereka sudah memperoleh pelajaran dari para guru di playgroup. Sepulang dari playgroup, orangtua bisa mengasah kecerdasan anak dengan cara tak kalah fun.
“Misalnya, dengan bermain balok-balok kayu (mainan rekonstruksi). Manfaatnya, memberi anak kesempatan memanipulasi dan menumbuhkan rasa bangga atas keberhasilannya,” ulas penulis buku Cara Praktis Membentuk Anak Sehat, Tumbuh Kembang Optimal, Kreatif, dan Cerdas Multipel.
Beberapa mainan lain yang disarankan misalnya, buku cerita bergambar warna-warni atau peralatan masak. Mainan jenis ini merangsang daya imajinasi dan memberi kesempatan si kecil merealisasikan. Contoh lain, papan luncur, ayunan, sepeda tiga roda, atau alat main yang dapat dipanjat bisa melatih otot-otot besar. Mereka juga bisa belajar ketinggian untuk merangsang imajinasi maupun keberanian. Selamat mencoba (Wayan Diananto).

Rabu, 04 Juli 2012

Konsep Kewirausahaan pada Anak


Kewirausahan adalah suatu sikap, jiwa dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang sangat bernilai dan berguna bagi dirinya dan orang lain. Kewirausahaan merupakan sikap mental dan jiwa yang selalu aktif atau kreatif berdaya, bercipta, berkarya dan bersahaja dan berusaha dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya. Seseorang yang memiliki karakter wirausaha selalu tidak puas dengan apa yang telah dicapainya. Wirausaha adalah orang yang terampil memanfaatkan peluang dalam mengembangkan usahanya dengan tujuan untuk meningkatkan kehidupannya. Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993:5), “An entrepreneur is one who creates a new business in the face of risk and uncertainty for the purpose of achieving profit and growth by identifying opportunities and asembling the necessary resources to capitalze on those opportunities”. Wirausahawan adalah orang-orang yang memiliki kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis; mengumpulkan sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat, mengambil keuntungan serta memiliki sifat, watak dan kemauan untuk mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif dalam rangka meraih sukses/meningkatkan pendapatan. Intinya, seorang wirausaha adalah orang-orang yang memiliki karakter wirausaha dan mengaplikasikan hakikat kewirausahaan dalam hidupnya. Dengan kata lain, wirausaha adalah orang-orang yang memiliki jiwa kreativitas dan inovatif yang tinggi dalam hidupnya.
Dari beberapa konsep di atas menunjukkan seolah-olah kewirausahaan identik dengan  kemampuan para wirausaha dalam dunia usaha (business). Padahal, dalam kenyataannya, kewirausahaan tidak selalu  identik dengan karakter wirausaha semata, karena karakter wirausaha kemungkinan juga dimiliki oleh seorang yang bukan wirausaha. Wirausaha mencakup semua aspek pekerjaan, baik karyawan swasta maupun pemerintahan (Soeparman Soemahamidjaja, 1980). Wirausaha adalah mereka yang melakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif dengan jalan mengembangkan ide, dan meramu sumber daya untuk menemukan peluang (opportunity) dan perbaikan (preparation) hidup (Prawirokusumo, 1997).
Kewirausahaan (entrepreneurship) muncul apabila seseorang individu berani mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya. Proses kewirausahaan meliputi semua fungsi, aktivitas dan tindakan yang berhubungan dengan perolehan peluang dan penciptaan organisasi usaha (Suryana, 2001). Esensi dari kewirausahaan adalah menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengkombinasian sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda agar dapat bersaing. Menurut Zimmerer (1996:51), nilai tambah tersebut dapat diciptakan melalui cara-cara sebagai berikut:
  1. Pengembangan teknologi baru (developing new technology),
  2. Penemuan pengetahuan baru (discovering new knowledge),
  3. Perbaikan produk (barang dan jasa) yang sudah ada (improving existing products or services),
  4. Penemuan cara-cara yang berbeda untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit (finding different ways of providing more goods and services with fewer resources).
Walaupun di antara para ahli ada yang lebih menekankan kewirausahaan pada peran pengusaha kecil, namun sebenarnya karakter  wirausaha juga dimiliki oleh orang-orang  yang berprofesi di luar wirausaha. Karakter kewirausahaan ada pada setiap orang yang menyukai perubahan,   pembaharuan, kemajuan dan tantangan, apapun profesinya.
Dengan demikian, ada enam hakikat pentingnya kewirausahaan, yaitu:
  1. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses dan hasil bisnis (Ahmad Sanusi, 1994)
  2. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang dibutuhkan untuk memulai sebuah usaha dan mengembangkan usaha (Soeharto Prawiro, 1997)
  3. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (kreatif) dan berbeda (inovatif) yang bermanfaat dalam memberikan nilai lebih.
  4. Kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (Drucker, 1959)
  5. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreatifitas dan keinovasian dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan usaha (Zimmerer, 1996)
  6. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan.
Berdasarkan keenam pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan adalah  nilai-nilai yang membentuk karakter dan perilaku seseorang yang selalu kreatif berdaya, bercipta, berkarya dan bersahaja dan berusaha dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya. Meredith dalam Suprojo Pusposutardjo(1999), memberikan  ciri-ciri seseorang yang memiliki karakter wirausaha sebagai orang yang (1) percaya  diri, (2) berorientasi tugas dan hasil, (3) berani mengambil risiko, (4) berjiwa kepemimpinan, (5) berorientasi ke depan, dan (6)  keorisinalan.
Jadi, untuk menjadi wirausaha yang berhasil, persyaratan utama yang harus dimiliki adalah memiliki jiwa dan watak kewirausahaan. Jiwa dan watak kewirausahaan tersebut dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan, atau kompetensi. Kompetensi itu sendiri ditentukan oleh pengetahuan dan pengalaman usaha. Seperti telah dikemukakan di atas, bahwa seseorang wirausaha adalah seseorang yang memiliki jiwa dan kemampuan tertentu dalam berkreasi dan berinovasi. Ia adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different) atau kemampuan kreatif dan inovatif. Kemampuan kreatif dan inovatif tersebut secara riil tercermin dalam kemampuan dan kemauan untuk memulai usaha (start up), kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang baru (creative), kemauan dan kemampuan untuk mencari peluang (opportunity), kemampuan dan keberanian untuk menanggung risiko (risk bearing) dan kemampuan untuk mengembangkan ide dan meramu sumber daya.
B.   Pendidikan Kewirausahaan di Sekolah
Pendidikan kewirausahaan bertujuan untuk membentuk manusia secara utuh (holistik), sebagai insan yang memiliki karakter, pemahaman dan ketrampilan sebagai wirausaha. Pada dasarnya, pendidikan kewirausahaan dapat diimplementasikan secara terpadu dengan kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah. Pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dilakukan oleh kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan (konselor), peserta didik secara bersama-sama sebagai suatu  komunitas pendidikan. Pendidikan kewirausahaan diterapkan ke dalam kurikulum dengan cara mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di sekolah yang dapat merealisasikan pendidikan kewirausahaan dan direalisasikan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.  Dalam hal ini, program pendidikan kewirausahaan di sekolah dapat diinternalisasikan melalui berbagai aspek.
1.   Pendidikan Kewirausahaan Terintegrasi Dalam Seluruh Mata Pelajaran
Yang dimaksud dengan pendidikan kewirausahaan terintegrasi di dalam proses  pembelajaran adalah penginternalisasian nilai-nilai kewirausahaan ke dalam pembelajaran sehingga hasilnya diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, terbentuknya karakter wirausaha dan pembiasaan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang dan dilakukan untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai kewirausahaan dan menjadikannya perilaku. Langkah ini dilakukan dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam pembelajaran di seluruh mata pelajaran yang ada di sekolah. Langkah pengintegrasian ini bisa dilakukan pada saat menyampaikan materi, melalui metode pembelajaran maupun melalui sistem penilaian.
Dalam pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan ada banyak nilai yang dapat ditanamkan pada peserta didik. Apabila semua nilai-nilai kewirausahaan tersebut harus ditanamkan dengan intensitas yang sama pada semua mata pelajaran, maka penanaman nilai tersebut menjadi sangat berat. Oleh karena itu penanaman nilainilai kewirausahaan dilakukan secara bertahap dengan cara memilih sejumlah nilai pokok sebagai pangkal tolak bagi penanaman nilai-nilai lainnya. Selanjutnya nilai-nilai pokok tersebut diintegrasikan pada semua mata pelajaran. Dengan demikian setiap mata pelajaran memfokuskan pada penanaman nilai-nilai pokok tertentu yang paling dekat dengan karakteristik mata pelajaran yang bersangkutan. Nilai-nilai pokok kewirausahaan yang diintegrasikan ke semua mata pelajaran pada langkah awal ada 6 (enam)  nilai pokok yaitu: mandiri, kreatif pengambil resiko, kepemimpinan, orientasi pada tindakan dan kerja keras.
Integrasi pendidikan kewirausahaan di dalam mata pelajaran dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran. Pada tahap perencanaan, silabus dan RPP dirancang agar muatan maupun kegiatan pembelajarannya memfasilitasi untuk mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan. Cara menyusun silabus yang terintegrsi nilai-nilai kewirausahaan dilakukan dengan mengadaptasi silabus yang telah ada dengan menambahkan satu kolom dalam silabus untuk mewadahi nilai-nilai kewirausahaan yang akan diintegrasikan. Sedangkan cara menyususn RPP yang terintegrasi dengan nilai-nilai kewirausahaan dilakukan dengan cara mengadaptasi RPP yang sudah ada dengan menambahkan pana materi, langkah-langkah pembelajaran atau penilaian dengan nilai-nilai kewirausahaan.
Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan kewirausahaan mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai kewirausahaan sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri.Dengan prinsip ini, peserta didik belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan yang terkait dengan nilai-nilai kewirausahaan.
Pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan dalam silabus dan RPP dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut:
  • Mengkaji SK dan KD untuk menentukan apakah nilai-nilai kewirausahaan sudah tercakup didalamnya.
  • Mencantumkan nilai-nilai kewirausahaan yang sudah tercantum di dalam SKdan KD kedalam silabus.
  • Mengembangkan langkah pembelajaran peserta didik aktif yang memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan melakukan integrasi nilai dan menunjukkannya dalam perilaku.
  • Memasukan langkah pembelajaran aktif yang terintegrasi nilai-nilai kewirausahaan ke dalam RPP.
2.   Pendidikan Kewirausahaan yang Terpadu Dalam Kegiatan Ekstra Kurikuler
Kegiatan Ekstra Kurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah. Visi kegiatan ekstra kurikuler adalah berkembangnya potensi, bakat dan minat secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Misi ekstra kurikuler adalah (1) menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka; (2) menyelenggarakan kegiatan yang memberikan kesempatan peserta didik mengespresikan diri secara bebas melalui kegiatan mandiri dan atau kelompok.
3.  Pendidikan Kewirausahaan Melalui Pengembangan Diri
Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah. Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan karakter termasuk karakter wirausaha dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta kegiatan ekstra kurikuler.
Pengembangan diri yang dilakukan dalam bentuk kegiatan pengembangan  kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan perkembangan peserta didik, dengan memperhatikan kondisi sekolah/madrasah.
Pengembangan diri secara khusus bertujuan menunjang pendidikan peserta didik dalam mengembangkan: bakat, minat, kreativitas, kompetensi, dan kebiasaan dalam kehidupan, kemampuan kehidupan keagamaan, kemampuan sosial, kemampuan belajar, wawasan dan perencanaan karir, kemampuan pemecahan masalah, dan kemandirian. Pengembangan diri meliputi kegiatan terprogram dan tidak terprogram. Kegiatan terprogram direncanakan secara khusus dan diikuti oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pribadinya. Kegiatan tidak terprogram dilaksanakan secara langsung oleh pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah/madrasah yang diikuti oleh semua peserta didik. Dalam program pengembangan diri, perencanaan dan pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dapat dilakukan melalui pengintegrasian kedalam kegiatan sehari-hari sekolah misalnya kegiatan ‘business day’ (bazar, karya peserta didik, dll)
4.   Perubahan Pelaksanaan Pembelajaran Kewirausahaan dari Teori ke Praktik
Dengan cara ini, pembelajaran kewirausahaan diarahkan pada pencapaian tiga kompetansi yang meliputi penanaman karakter wirausaha, pemahaman konsep dan skill, dengan bobot yang lebih besar pada pencapaian kompetensi jiwa dan skill dibandingkan dengan pemahaman konsep. Dalam struktur kurikulum SMA, pada mata pelajaran ekonomi ada beberapa Kompetensi Dasar yang terkait langsung dengan pengembangan pendidikan kewirausahaan. Mata pelajaran tersebut merupakan mata pelajaran yang secara langsung (eksplisit) mengenalkan nilai-nilai kewirausahaan, dan sampai taraf tertentu menjadikan peserta didik peduli dan menginternalisasi nilai-nilai tersebut. Salah satu contoh model pembelajaran kewirausahaan yang mampu menumbuhkan karakter dan perilaku wirausaha dapat dilakukan dengan cara mendirikan kantin kejujuran, dsb.
5.   Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan ke dalam Bahan/Buku Ajar
Bahan/buku ajar merupakan komponen pembelajaran yang paling berpengaruh terhadap apa yang sesungguhnya terjadi pada proses pembelajaran. Banyak guru yang mengajar dengan semata-mata mengikuti urutan penyajian dan k egiatan-kegiatan pembelajaran (task) yang telah dirancang oleh penulis buku ajar, tanpa melakukan adaptasi yang berarti. Penginternalisasian nilai-nilai kewirausahaan dapat dilakukan ke dalam bahan ajar baik dalam pemaparan materi, tugas maupun evaluasi.
6.  Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan melalui Kutur Sekolah
Budaya/kultur sekolah adalah suasana kehidupan sekolah dimana peserta didik berinteraksi dengan sesamanya, guru dengan guru, konselor dengan sesamanya, pegawai administrasi dengan sesamanya, dan antar anggota kelompok masyarakat sekolah.
Pengembangan nilai-nilai dalam pendidikan kewirausahaan dalam budaya sekolah mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru, konselor, tenaga administrasi ketika berkomunikasi dengan peserta didik dan mengunakan fasilitas sekolah, seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin, komitmen dan budaya berwirausaha di lingkungan sekolah (seluruh warga sekolah melakukan aktivitas berwirausaha di lngkungan sekolah).
7. Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan melalui Muatan Lokal
Mata pelajaran ini memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan. Oleh karena itu mata pelajaran muatan lokal harus memuat karakteristik budaya lokal, keterampilan, nilai-nilai luhur budaya setempat dan mengangkat permasalahan sosial dan lingkungan yang pada akhirnya mampu membekali peserta didik dengan keterampilan dasar (life skill) sebagai bekal dalam kehidupan sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Contoh anak yang berada di  ingkungan sekitar pantai, harus bisa menangkap potensi lokal sebagai peluang untuk mengelola menjadi produk yang memiliki nilai tambah, yang kemudian diharapkan anak mampu menjual dalam rangka untuk memperoleh pendapatan.
Integrasi pendidikan kewirausahaan di dalam mulok, hampir sama dengan integrasi pendidikan kewirausahaan terintegrasi di dalam mata pelajaran dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran. Pada tahap perencanaan ini, RPP dirancang agar muatan maupun kegiatan pembelajarannya MULOK memfasilitasi untuk mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan. Cara menyusun RPP MULOK yang terintegrasi dengan nilai-nilai kewirausahaan dilakukan dengan cara mengadaptasi RPP MULOK yang sudah ada dengan menambahkan pada materi, langkah-langkah pembelajaran atau penilaian dengan nilai-nilai kewirausahaan. Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan kewirausahaan mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai kewirausahaan sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Dengan prinsip ini peserta didik belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan yang terkait dengan nilai-nilai kewirausahaan. > Ika Umaya Yasinta