Sabtu, 26 Desember 2015

Wakaf Tunai Pembangunan Gedung SDIT Wirausaha Indonesia

SDIT Wirausaha Indonesia saat ini sedang membutuhkan dana untuk pembangunan gedung sekolah. Informasi lebih lengkap silakan menghubungi : Ais Zakiyudin 0812 8958 4947.

Gedung sekolah sebelum dibangun

Gedung sekolah setelah dibangun bagian luar
  
Proses pembangunan


Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Wirausaha Indonesia merupakan sebuah sekolah dasar Islam yang berupaya melahirkan peserta didiknya menjadi pengusaha dan penghafal Al-Qur'an.

Di sekolah kami, anak yatim tidak dipungut biaya. Bagi anak dengan orang tua yang kurang mampu juga bisa membayar dengan sesuai kemampuannya.

Sekolah ini terbuka bagi siapa saja bagi orang tua yang menginginkan pendidikan berkualitas bagi anak-anaknya.

Bagi anda para aghniya yang berniat untuk mewakafkan hartanya, kami persilakan untuk menghubungi pimpinan yayasan, yaitu bapak Ais Zakiyudin 0812 8958 4947. KAMI SIAP MENJEMPUT DANA WAKAF ANDA.

Bagi bapak/ibu yang ingin survey ke sekolah kami, silakan datang ke : Jl. Nakula Raya No.1-4 Perumahan Grand Cikarang City Blok C9 Rt 70/26 Karang Raharja, Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi 17530.

Yayasan Sekolah Wirausaha Indonesia

  

Minggu, 13 Desember 2015

Santunan Yatim & Dhuafa

Memperingati Tahun Baru Islam, SDIT Wirausaha Indonesia mengadakan kegiatan Santunan Yatim. Pada kegiatan kali ini, sekolah memberikan santunan untuk 80 anak yatim dan dhuafa.

Kegiatan diselenggarakan pada hari Kamis tanggal 3 November 2015, bertepatan 20 Muharram 1437 Hijriyah.

Dari jumlah paket tersebut, 40 paket berasal dari yayasan dan 40 paket berasal dari orang tua / wali murid.

Kamis, 18 Juni 2015

Menebar Kebaikan di Bulan Ramadhan

Pada pembahasan kali ini, kita akan mengkaji bersama mengenai keutamaan Ramadhan dan puasa di dalamnya. Semoga Allah selalu memberikan kita ilmu yang bermanfaat dan amal yang saleh.

Keutamaan Bulan Ramadhan

Ramadhan adalah Bulan Diturunkannya Al-Qur’an

Bulan Ramadhan adalah bulan yang mulia. Bulan ini dipilih  sebagai bulan untuk berpuasa dan pada bulan ini pula Al-Qur’an diturunkan. Sebagaimana Allah ta’ala berfirman,

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.” (QS. Al Baqarah [2] : 185)

Ibnu Katsir rahimahullah tatkala menafsirkan ayat yang mulia ini mengatakan,”(Dalam ayat ini) Allah ta’ala memuji bulan puasa –yaitu bulan Ramadhan- dari bulan-bulan lainnya. Allah memuji demikian karena bulan ini telah Allah pilih sebagai bulan diturunkannya Al Qur’an dari bulan-bulan lainnya. Sebagaimana pula pada bulan Ramadhan ini Allah telah menurunkan kitab ilahiyah lainnya pada para Nabi ‘alaihimus salam.” (Tafsirul Qur’anil Adzim, I/501, Darut Thoybah)

Setan-setan Dibelenggu, Pintu-pintu Neraka Ditutup dan Pintu-pintu Surga Dibuka Ketika Ramadhan Tiba

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ

Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan pun dibelenggu.” (HR. Muslim)
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan,”Pintu-pintu surga dibuka pada bulan ini karena banyaknya amal saleh dikerjakan sekaligus untuk memotivasi umat islam untuk melakukan kebaikan. Pintu-pintu neraka ditutup karena sedikitnya maksiat yang dilakukan oleh orang yang beriman. Setan-setan diikat kemudian dibelenggu, tidak dibiarkan lepas seperti di bulan selain Ramadhan.” (Majalis Syahri Ramadhan, hal. 4, Wazarotul Suunil Islamiyyah)

Terdapat Malam yang Penuh Kemuliaan dan Keberkahan

Pada bulan Ramadhan terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan yaitu lailatul qadar (malam kemuliaan). Pada malam inilah -yaitu 10 hari terakhir di bulan Ramadhan- saat diturunkannya Al Qur’anul Karim.
Allah ta’ala berfirman,

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ – وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ – لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada lailatul qadar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al Qadr [97] : 1-3)

Dan Allah ta’ala juga berfirman,

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ

Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (QS. Ad Dukhan [44] : 3)

Ibnu Abbas, Qotadah dan  Mujahid mengatakan bahwa malam yang diberkahi tersebut adalah malam lailatul qadar. (Lihat Ruhul Ma’ani, 18/423, Syihabuddin Al Alusi)

Bulan Ramadhan adalah Salah Satu Waktu Dikabulkannya Doa

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ لِلّهِ فِى كُلِّ يَوْمٍ عِتْقَاءَ مِنَ النَّارِ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ ,وَإِنَّ لِكُلِّ مُسْلِمٍ دَعْوَةً يَدْعُوْ بِهَا فَيَسْتَجِيْبُ لَهُ

Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka pada setiap hari di bulan Ramadhan,dan setiap muslim apabila dia memanjatkan do’a maka pasti dikabulkan.” (HR. Al Bazaar sebagaimana dalam Mujma’ul Zawaid dan Al Haytsami mengatakan periwayatnya tsiqoh/terpercaya. Lihat Jami’ul Ahadits, Imam Suyuthi)

Keutamaan Puasa

1. Puasa adalah Perisai

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّمَا الصِّيَامُ جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ بِهَا الْعَبْدُ مِنَ النَّارِ

Puasa adalah perisai yang dapat melindungi seorang hamba dari api neraka.” (HR. Ahmad dan Baihaqi, dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shohihul Jami’)

2. Orang yang Berpuasa akan Mendapatkan Pahala yang Tak Terhingga
3. Orang yang Berpuasa akan Mendapatkan Dua Kebahagiaan
4. Bau Mulut Orang yang Bepuasa Lebih Harum di Hadapan Allah daripada Bau Misik/Kasturi

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

قَالَ اللَّهُ : كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَامَ ، فَإِنَّهُ لِى ، وَأَنَا أَجْزِى بِهِ . وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ ، وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ ، فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَصْخَبْ ، فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ ، أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّى امْرُؤٌ صَائِمٌ . وَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ ، لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ ، وَإِذَا لَقِىَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ

“Allah berfirman,’Setiap amal anak Adam adalah untuknya kecuali puasa. Puasa tersebut adalah untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya. Puasa adalah perisai. Apabila salah seorang dari kalian berpuasa maka janganlah berkata kotor, jangan pula berteriak-teriak. Jika ada seseorang yang mencaci dan mengajak berkelahi maka katakanlah,’Saya sedang berpuasa’. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah pada hari kiamat daripada bau misk/kasturi. Dan bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan, ketika berbuka mereka bergembira dengan bukanya dan ketika bertemu Allah mereka bergembira karena puasanya’. “ (HR. Bukhari dan Muslim)

5. Puasa akan Memberikan Syafaat bagi Orang yang Menjalankannya

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَقُولُ الصِّيَامُ أَىْ رَبِّ مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِى فِيهِ. وَيَقُولُ الْقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِى فِيهِ. قَالَ فَيُشَفَّعَانِ

Puasa dan Al-Qur’an itu akan memberikan syafaat kepada seorang hamba pada hari kiamat nanti. Puasa akan berkata,’Wahai Tuhanku, saya telah menahannya dari makan dan nafsu syahwat, karenanya perkenankan aku untuk memberikan syafaat kepadanya’. Dan Al-Qur’an pula berkata,’Saya telah melarangnya dari tidur pada malam hari, karenanya perkenankan aku untuk memberi syafaat kepadanya.’ Beliau bersabda, ‘Maka syafaat keduanya diperkenankan.’” (HR. Ahmad, Hakim, Thabrani, periwayatnya shahih sebagaimana dikatakan oleh Al Haytsami dalam Mujma’ul Zawaid)

6. Orang yang Berpuasa akan Mendapatkan Pengampunan Dosa

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu pasti diampuni”. (HR. Bukhari dan Muslim)

7. Bagi Orang yang Berpuasa akan Disediakan Ar Rayyan

Sahl bin Sa’d radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ فِى الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ ، يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ ، يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَقُومُونَ ، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ ، فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ ، فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ

“Sesungguhnya di surga ada sebuah pintu yang bernama  Ar-Royyaan. Pada hari kiamat orang-orang yang berpuasa akan masuk surga melalui pintu tersebut dan tidak ada seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut kecuali mereka. Dikatakan kepada mereka,’Di mana orang-orang yang berpuasa?’ Maka orang-orang yang berpuasa pun berdiri dan tidak ada seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut kecuali mereka. Jika mereka sudah masuk, pintu tersebut ditutup dan tidak ada lagi seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Semoga pembahasan di atas dapat mendorong kita agar lebih bersemangat untuk mendapatkan keutamaan berpuasa di bulan Ramadhan dengan cara menghiasi hari-hari di bulan yang penuh berkah tersebut dengan amal saleh yang sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya yang mulia.

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

Maroji’: Shifat Shaum Nabi fi Ramadhan, Syaikh Salim Al Hilali & Syaikh Ali Hasan Al Halabi dengan sedikit tambahan
***

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Senin, 25 Mei 2015

Menyemaikan Al-Qur'an sejak dini melalui Ektrakurikuler Tahfidz Al-Qur'an

Dalam rangka mmebangun GENERASI QUR'ANI, SDIT Wirausaha Indonesia mulai tahun pelajaran 2015/2016 menyelenggarakan Ekstrakurikuler TAHFIDZ AL-QUR'AN. Pelaksanaan ekskul Tahfidz Al-Qur'an dimulai bulan Juli 2015 setiap hari Sabtu, pukul 07.00-09.00.

Eksekul Tahfidz Al-Qur'an ini menguatkan pelajaran hafalan Al-Qur'n bagi siswa yang selama ini sudah berjalan dengan baik. Ke depan program ini akan digulirkan bukan saja untuk para siswa saja, tetapi juga untuk kalangan dewasa atau orang tua.

Pentingnya Mengajarkan Al-Qur'an sejak Dini

Al-Quran adalah sumber utama dalam hukum Islam, namun kenapa selama ini al-Quran diletakkan di nomor belakang setelah adat, fiqh, dan hadis. Hal ini sudah terjadi sejak lama menimpa sebagian besar umat Islam di Indonesia dalam memahami Islam. Dimana mereka pertama sekali belajar fikih dulu lalu baru dicari sumbernya dari hadis lalu dan terakhir al-Quran dan ini jika dianggap perlu.

Sudah semestinya, menurut Ustadz Umay Dja’far Shiddiq, sejak usia dini seseorang yang beragama Islam harus berawal dari pemahaman terhadap induk ajarannya terlebih dahulu apalagi notabene sudah dijamin kebenarannya oleh Allah swt yaitu al-Quran, baru berikutnya hadis, baru kemudian fatwa-fatwa ulama. Hal ini penting agar umat memahami mana yang pokok dan yang cabang. Umat akan sadar mana yang disepakati dan mana yang dapat diperselisihkan. Setiap yang ada di al-Quran itu pokok dan qath’iy dan tidak ada perselisihan.

Dengan pemahaman al-Quran yang baik diharapkan tidak akan terjadi lagi perselisihan dan permusuhan yang tidak penting di kalangan umat karena pesan al-Quran itu membawa rahmat dan kedamaian.

Begitu pentingnya belajar dan mengajarkan al-Quran sampai-sampai Nabi Muhammad saw turun langsung dan para sahabatnya tekun belajar mengajarkan al-Quran. Ayat-ayat al-Quran turun silih berganti ke bumi ini memakan waktu selama dua puluh dua tahun dua bulan dan dua puluh dua hari lamanya. Pertanyaannya, kenapa 20 tahun lebih baru selesai dan berhasil?

Mengutip hasil penelitian seorang guru besar Harvard University, meneliti di 40 negara untuk mengetahui faktor kemajuan atau kemunduran negara-negara itu. Ternyata, salah satu faktor utamanya menurut sang Guru Besar adalah materi bacaan dan sajian yang disuguhkan khususnya kepada generasi muda. Ditemukannya bahwa dua puluh tahun menjelang kemajuan atau kemunduran negara-negara yang ditelitinya itu, para generasi muda dibekali dengan sajian dan bacaan tertentu.

Kalau demikian dampak bacaan terhadap anak-anak kita baru terlihat setelah berlalu dua puluh tahun, sama dengan lama turunnya al-Quran. Coba perhatikan, upaya menyebarkan dan memasyarakatkan al-Quran di kalangan anak-anak, yang dicanangkan pada era 80-an seperti gerakan TPA (Taman Pendidikan Alquran) dan TKA (Taman Kanak-kanak Alquran) baru terasa pengaruhnya di era sekarang.

Sebaliknya jika kita perhatikan perkembangan pornografi yang merebak akhir-akhir ini di Tanah Air melalui media televisi, video, maupun internet, merupakan dampak majalah porno atau film-film “panas” pada 20 tahun yang lalu.

Kita harus cemas dengan nasib anak-anak kita. Selain karena tidak setiap hari kita bisa menemani anak-anak dan memilih program televisi, majalah, atau media massa lainnya yang sesuai dengan kepribadian dan kebutuhan psikologis anak-anak kita.

Oleh sebab itu, pemahaman orang tua dan masyarakat dalam membina dan mendidik generasi muda juga perlu ditingkatkan agar kualitas didikannya mampu mengantarkan anak-anak secara tulus mencintai al-Quran sama besar dan tulusnya dengan cinta mereka kepada buku, majalah, kaset, video, film, internet, play station, dll.

Mengapa orang tua begitu mudah membiarkan anak-anak mereka menjadi “buta” al-Quran? Bukankah al-Quran adalah pedoman hidup mereka? Mengapa kita tidak mencoba menanamkan pedoman mulia ini untuk generasi muda kita agar mereka kuat menghadapi tantangan zamannya yang mungkin berbeda dengan zaman yang kita hadapi sekarang ini? Mengapa kita tidak serius mempersiapkan masa depan mereka sejak dini agar kehidupan mereka 20 tahun yang akan datang bisa tampil menjadi generasi sahabat al-Quran yang membanggakan? Oleh sebab itu menurut penulis untuk menghadapi tantangan 20 tahun ke depan maka tugas kita pada saat ini yaitu meretas generasi Sahabat al-Quran. Yaitu orang-orang yang hatinya selalu terpatri pada al-Quran, mengimani al-Quran, dan berusaha mengajarkan dan mengamalkan isi al-Quran dengan penuh keikhlasan.

Makna lain sahabat al-Quran itu juga adalah sahabat prestasi. Hal ini telah terbukti dari prestasi Ismail, kelahiran Jakarta 17 September 1996, siswa SMP Sekolah Daarul Qur’an Internasional (SDQI). Sebagaimana dimaklumi, di SDQI selain pendidikan agama yang berbasis tahfidz al-Qur’an juga menganut kurikulum Cambridge yang berbasis sains dan menggunakan pengantar bahasa Inggris.

Untuk mengikuti pelajaran dengan baik, maka ia pun belajar sungguh-sungguh, selama 1 tahun belajar di SDQI terbukti ia berhasil menjadi juara umum di sekolah dengan nilai rata-rata 9 jauh mengungguli murid-murid lainnya. Ia masuk sekolah di SDQI bermodalkan hafalan 25 juz yang telah ia hafal sejak kelas IV SD di pesantren Tahfidz Daarul Huffadz Lampung. Namun di pesantren ini siswa hanya mempelajari al-Quran dan tidak diajarkan ilmu-ilmu umum seperti bahasa Inggris, dan sains kecuali 20 % saja. Kuncinya terletak pada hafalan al-Qurannya yang menjadi modal besar bagi motivasinya untuk belajar.

Sekali lagi jangan tunggu usia senja untuk belajar al-Quran. Pengajaran Al-Quran wajib dimulai sejak usia dini. Apabila diajarkan setelah remaja dan dewasa sudah sangat terlambat dan kadaluwarsa. Sebaliknya untuk ilmu umum seperti ilmu terapan dapat diajarkan belakangan, karena ia tidak mengenal batas usia, bahkan semakin dewasa dan matang berfikir seseorang akan semakin mudah mencernanya.

Rabu, 01 April 2015

Lowongan Guru dan TU

Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Wirausaha Indonesia membutuhkan: 

GURU KELAS, persyaratan: 
1. Pria/Wanita, usia maksimal 35 tahun
2. Pendidikan S-1 Pendidikan (masih kuliah semester 7)
3. Bisa menulis dan membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar
4. Menguasai komputer (MS Word, Excel & Power Point)
5. Memahami administrasi guru
6. Berpengalaman di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT)
7. Tinggal di sekitar Cikarang Utara

TATA USAHA, persyaratan:
1. Pria/Wanita, usia maksimal 30 tahun
 
2. Pendidikan minimal SMA/sederajat
 
3. Bisa menulis dan membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar
 
4. Menguasai komputer (MS Word, Excel & Power Point)
 
5. Memahami administrasi sekolah
 
6. Tinggal di sekitar Cikarang Utara
 

Lamaran diantar langsung ke 
SDIT Wirausaha Indonesia
Jl. Nakula Raya No.1-4 Perumahan Grand Cikarang City Blok C9 
 Telp. 0813-17517835

Kamis, 19 Maret 2015

Kunjungan Edukasi TMII, Rabu 18 Maret 2015

Kunjungan edukasi (KE) siswa SDIT Wirausaha Indonesia kali ini dengan tujuan Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Pelaksanaan KE hari Rabu tanggal, 18 Mei 2015. Bertempat di anjungan Sulawesi Tenggara, siswa-siswa menggelar kreasi dengan menyablon kaos dan dompet pensil. Acara yang dimulai pukul 09.30 ini berakhir pukul 14.00.

Jumat, 06 Februari 2015

Pembinaan Akidah Pada Anak

Salah satu pilar penting bagaimana kita melakukan pembinaan akidah pada anak-anak kita adalah, dengan  menanamkan kecintaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala, memohon pertolongan-Nya, merasa selalu diawasi oleh-Nya, serta beriman kepada qadha’ dan qadar. Karena hal-hal tersebut merupakan bekal bagi anak untuk menghadapi segala persoalan hidupnya, baik dimasa kanak-kanaknya maupun dimasa depannya sebagai ayah dan ibu.
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu’anhu bahwa Nabi shalallahu’alaihi wassalam bersabda, “Janganlah kamu mengangkat tongkat terhadap keluargamu, namun tanamkan rasa takut kepada Allah ‘Azza wa Jalla pada diri mereka.” (HR Thabrani dalam As-Shaghir dan Al-Ausath dengan isnad jayyid).
Imam Tirmidzi meriwayatkan hadits dari Ibnu ‘Abbas rhadliyallahu’anhu, bahwa dia berkata: Pada suatu hari saya pernah membonceng di belakang Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam, lalu beliau bersabda, “Wahai anak muda sesungguhnya aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat. Jagalah Allah niscaya Dia juga akan menjagamu. Jagalah Allah niscaya engkau akan mendapati-Nya ada dihadapanmu. Apabila engkau meminta sesuatu mintalah kepada Allah. Jika engkau memohon pertolongan mohonlah kepada Allah. Ketahuilah andaikan saja umat seluruhnya berkumpul untuk memberikan kemanfaatan kepadamu, mereka tidak akan bisa memberikan manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan andaikan saja mereka bersatu untuk menimpakan kemudharatan terhadapmu, mereka tidak akan bisa memberikan kemudharatan itu terhadapmu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembar catatan telah kering.”
Dalam riwayat lainnya disebutkan, “Jagalah Allah, niscaya engkau temukan Dia ada dihadapanmu. Kenalilah Allah dalam keadaan longgar niscaya Dia akan mengenalmu dalam keadaan sempit. Ketahuilah bahwa segala sesuatu yang luput darimu tidak akan menimpamu dan sesuatu yang menimpamu tidak akan bisa luput darimu. Ketahuilah bahwa kemenangan itu menyertai kesabaran, kelapangan itu menyertai kesempitan dan kemudahan itu menyertai kesulitan.” (HR Ahmad, Hakim, dll)
Jika seorang anak telah menghafal hadits ini dan telah memahaminya secara baik, maka Dia tidak akan mendapatkan kendala dihadapannya dan tidak akan mendapatkan sandungan di dalam menjalani seluruh kehidupannya. Hadits ini mempunyai kekuatan yang ampuh dalam memecahkan persoalan anak, disamping juga memiliki pengaruh dalam spiritualitas. Hadits ini mempunyai kemampuan dalam mendorong anak menuju ke depan dengan cara memohon pertolongan kepada Allah ‘Azza wa Jalla, selalu merasa diawasi oleh-Nya, serta melalui keimanannya kepada qadha’ dan qadar. Anak-anak para sahabat menerima bimbingan ini langsung dari Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam. Mereka memohon pertolongan kepada Allah ketika mereka mendapatkan bencana dan mereka berkeyakinan bahwa tidak ada daya upaya dan kekuatan kecuali karena bantuan Allah. Mereka percaya bahwa kelapangan itu selalu menyertai kesempitan dan kemudahan itu menyertai kesulitan.
Jadi, pendidikan mana yang kira-kira bisa memberikan pengaruh terhadap kejiwaan anak melebihi pendidikan yang diberikan oleh hadits ini?
Berikut bisa kita saksikan beberapa contoh nyata pada kehidupan para salaf bagaimana mereka menanamkan kecintaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala, memohon pertolongan-Nya, merasa selalu diawasi oleh-Nya, serta beriman kepada qadha’ dan qadar. Dan bagaimana hasil yang dicapai dari pendidikan tersebut terhadap anak-anak mereka.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Walid bin Ubadah bahwa dia berkata, “Aku mengunjungi Ubadah (ayah) ketika sakit, dimana ketika itu aku membayangkan bahwa ayah akan segera meninggal. Aku katakan kepadanya, “Wahai ayahku, berikan aku pesan.” Dia berkata, “Dudukkanlah aku.” Ketika sahabat-sahabat telah mendudukkannya, ayah berkata, “Wahai anakku sesungguhnya kamu tidak akan bisa merasakan manisnya iman dan tidak akan sampai pada hakikat pengenalan kepada Allah ‘Azza wa Jalla sehingga engkau beriman kepada qadha’ dan qadar yang baik maupun yang buruk.” Aku tanyakan kepadanya, “Wahai Ayah, bagaimana aku bisa mengetahui takdir yang baik maupun yang buruk?” Ayah menjawab, “Engkau mengetahui bahwa yang luput darimu tidak akan menimpamu dan apa yang menimpamu tidak akan luput darimu. Wahai anakku aku mendengar Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam bersabda, ‘Sesungguhnya disaat pertama kali Allah menciptakan pena, kemudian Dia berfirman kepadanya, ‘Tulislah!’ Maka mulai saat itu, pena menuliskan segala hal yang bakal terjadi hingga hari kiamat.’ Wahai anakku, jika kamu minta tidak dalam keadaan seperti itu, maka engkau akan masuk neraka.”
Suatu hari ‘Umar bin Khathab rhadliyallahu’anhu menyusuri jalan saat beliau sudah menjadi amirul mukminin. Di tengah jalan terdapat sekumpulan anak-anak yang sedang berjalan. Ketika mereka melihat Umar, maka semuanya lari menyingkir kecuali satu saja, yaitu Abdullah bin Zubair. Umar merasa heran terhadapnya dan kemudian menanyakan kepadanya mengenai sebab mengapa ia tidak turut lari menyingkir. Dia menjawa, “Saya tidak punya kesalahan yang mengharuskan lari dari Anda, dan saya juga tidak merasa takut kapada Anda yang mengharuskan saya meluaskan jalan untuk Anda.”
Suatu kali Ibnu Umar sedang melakukan perjalanan, Dia melihat seorang budak yang sedang menggembalakan kambing, lalu dia berkata kepadanya, “Apakah kamu mau menjual seekor darinya saja?” Dia menjawab, “Sesungguhnya ia bukan milikku.” Ibnu Umar kemudian berkata, “Katakan saja kepadanya bahwa ada serigala yang telah memangsa seekor darinya.” Budak itu berkata, “Lalu dimanakah Allah?”
Sesudah peristiwa itu hingga sekian lama waktu berikutnya Ibnu Umar sering mengucapkan kata-kata dari si budak itu, “Lalu dimanakah Allah?!”
Dikisahkan pula bahwa ada seorang syaikh mempunyai sekian murid. Namun syaikh ini memberikan perhatian khusus kepada salah seorang dari mereka. Hal ini membuat murid yang lainnya merasa iri sehingga akhirnya mereka mengadukan hal itu kepada sang syaikh. Syaikh itu kemudian berkata kepada mereka, “Mari aku jelaskan kepada kalian!”
Syaikh itu kemudian memberi masing-masing murid seekor burung, lalu berkata kepada mereka, “Sekarang berpencarlah dengan membawa burung ini, dan sembelihlah di tempat yang tidak diketahui oleh siapapun!” tak ketinggalan syaikh juga memberikan burung yang sama kepada murid kesayangannya.
Sesudah itu, seluruhnya mencari tempat tersembunyi guna menyembelih burung, dan tak lama kemudian masing-masing kembali dengan membawa burung yang telah mereka sembelih. Namun si murid kesayangan ini kembali dengan membawa burung yang masih hidup. Sang Syaikh bertanya kepadanya, “Kenapa engkau tidak menyembelihnya?” Dia menjawab, “Syaikh menyuruhku untuk menyembelih di tempat yang tidak dilihat oleh siapapun dan aku tidak menemukan satu tempatpun yang tidak dilihat oleh siapapun.” Syaikh kemudian berkata, “Oleh karena itu aku memberikan perhatian yang khusus kepadanya.”
Imam Ghazali dalam kitab Ihya’nya menampilkan sebuh kisah menarik sebagai berikut: Sahl bin Abdillah At-Tastari berkata, “suatu hari ketika saya berusia tiga tahun, pernah bangun malam. Lalu saya perhatikan shalat yang dilakukan paman saya yang bernama Muhammad bin Siwar. Pada suatu hari ia berkata kepadaku, “Apakah engkau mengingat Allah yang telah menciptakanmu?” Saya menjawab, “Bagaimana saya bisa mengingat-Nya?” Dia menjawab, “Ucapkan dalam hatimu ketika engkau hendak tidur sebanyak tiga kali tanpa henti, ‘Allah bersamaku, Allah memperhatikanku, dan Allah menyaksikanku.’ Maka saya mengucapkan kata-kata itu pada malam-malam berikutnya, kemudian saya beritahukan hal itu kepadanya. Dia menjawab, “Ucapkan tujuh kali setiap malam.” Saya pun mengucapkannya, lalu saya kabarkan hal itu kepadanya. Ia lantas berkata lagi, “Ucapkan sepuluh kali tiap malam.” Saya pun mengucapkannya, dan kemudian di dalam hati saya terasa ada kemanisannya. Sesudah satu tahun berlalu, paman berkata kepada saya, “Jagalah terus apa yang telah aku ajarkan kepadamu dan lakukanlah terus hingga engkau masuk kubur karena sesungguhnya hal itu akan memberikan kemanfaatan bagimu di dunia dan akhirat.”
Maka aku terus melakukan itu bertahun-tahun, sehingga saya dapatkan kemanisan di dalam hati. Selanjutnya, paman pada suatu hari berkata, “Wahai Sahl, siapa saja yang merasa bahwa Allah senantiasa bersamanya, memperhatikan dan menyaksikannya, apakah dia akan bermaksiat (durhaka) kepada-Nya? Jauhilah kemaksiatan! Aku dahulu pernah menyendiri, namun kemudian aku dikirim ke madrasah. Aku belajar Al-Qur’an dan berhasil mengahafalnya ketika baru berusia enam atau tujuh tahun. Aku juga senantiasa melakukan puasa. Makananku selama dua belas tahun adalah roti yang terbuat dari tepung gandum.”
Ibnu Zhafar Al-Maghribi dalam bukunya, Anba’ Nujaba’ Al-Abna’ (h.148) membawakan sebuah kisah bahwa Al-Harits Al-Muhasibi ketika masih kecil melewati sekelompok anak kecil yang sedang bermain di depan rumah seorang penjual kurma. Al-Harits kemudian berhenti untuk memperhatikan apa yang tengah mereka lakukan. Pemilik kurma itu kemudian keluar dengan membawa sejumlah kurma, lalu dia berkata kepada Al-Harits, “Makanlah kurma-kurma ini!” Al-Harits bertanya, “Beritahukan kepadaku perihal kurma-kurma ini!” Dia menjawab, “Beberapa saat yang lalu saya menjual kurma kepads seseorang, namun kemudian kurmanya terjatuh.” Al-Harits berkata, “Apakah kamu mengetahuinya?” Dia menjawab, “Ya.” Al-Harits kemudian menoleh kepada anak-anak yang sedang bermain itu dan bertanya, “Apakah orang tua ini muslim?” mereka menjawab, “Ya.” Al-Harits lalu pergi meninggalkannya, namun penjual kurma itu mengejar sehingga berhasil menahannya, dan kemudian bertanya kepadanya, “Demi Allah aku tidak akan melepasmu sehingga engkau katakan kepadaku apa sebenarnya yang ada pada benakmu tentang diriku.” Al-Harits kemudian berkata, “Wahai orang tua jika engkau adalah seorang muslim, maka mintalah keikhlasan kepada pemilik kurma itu sehingga engkau bisa lepas dari tanggung jawab, sebagaimana engkau meminta air ketika engkau sangat kehausan. Wahai orang tua, engkau memberi makanan kepada anak-anak muslim dari barang yang haram, sedangkan engkau sendiri adalah seorang muslim?!” orang tua itu kemudian berkata, “ Demi Allah, aku tidak akan lagi berjualan jika hanya untuk keuntungan dunia!”
Demikian beberapa kisah dari para salafus shalih yang menunjukkan betapa pentingnya penanaman kecintaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala, memohon pertolongan-Nya, merasa selalu diawasi oleh-Nya, serta beriman kepada qadha’ dan qadar, sehingga mereka menjadi generasi terbaik bagi umat ini. Semoga kita diberi kemudahan oleh Allah untuk menanamkan hal tersebut bagi anak-anak kita. (Sumber: muslimah.or.id)