Rabu, 18 Juli 2012

Pendidikan Anak Agar Kreatif



“Pendidikan agar anak kreatif atau cerdas itu dirintis sejak dalam kandungan. Untuk itu, ada tiga hal yang harus disiapkan. Yakni nutrisi, kasih sayang, dan stimulasi. Semua harus dipersiapkan sejak dalam kandungan sampai tiga tahun pertama,” terang dr Soedjatmiko, SpA (K), MSi ditemui di Eka Hospital Tangerang, Minggu (14/11). Menurutnya, tiga tahun pertama adalah masa perkembangan otak yang paling pesat.
Bukan berarti setelah tiga tahun, orangtua bisa lepas tanggung jawab begitu saja. Di rumah, orangtua bisa melakukan banyak hal untuk mendidik putra-putrinya. Semua dilakukan berdasar tiga asas tadi:  nutrisi, kasih sayang, dan stimulasi. “Misalnya, anak diajak mengobrol, bercanda, dan menyanyi. Pada fase itu, mungkin anak kita belum bisa membalas obrolan atau menyanyi lagu. Setidaknya, ketika anak mendengar orangtua menyanyi atau bersenandung, anak memperoleh rangsangan. Itu salah satu bentuk orangtua mendidik anak-anaknya,” sambung Soedjatmiko.
Kelompok bermain atau TK bukan satu-satunya kubu yang mengantar anak meraih kecerdasan. Soedjatmiko mengumpamakan, nutrisi atau asupan makanan membentuk hardware. Kasih sayang dan rangsangan membangun unsur software buah hati Anda. Soedjatmiko menekankan kasih sayang dan rangsangan disertai alasan kuat.
“Berapa jam durasi anak-anak tinggal di TK? Mereka berangkat jam 8 pagi lalu pulang jam 11 siang, misalnya. Anak-anak tidur katakanlah 10 jam. Mereka menimba ilmu di playgroup atau TK 3 jam. Masih ada sisa 11 jam per sehari. Nah, mau diisi apa yang 11 jam ini? Siapa yang seharusnya mengisi setelah anak-anak keluar dari gedung sekolah? Orangtua,” lanjutnya.
Tiga Jam Dibanding 13 Jam
Ia kembali mempertanyakan, “Apakah yang 3 jam sanggup mengalahkan yang 11 jam? Tidak. Peran orangtua sangat besar. Lebih dari itu, yang 11 jam ini harusnya diisi keluarga. Keluarga bisa siapa saja.” Bisa kakek-nenek si kecil. Bisa paman dan bibi atau kakaknya. Keluarga punya peran besar dalam memberi pendidikan.
Kasih sayang dan stimulasi diberikan setiap saat, oleh segenap elemen keluarga. Pendidikan di lingkungan keluarga, bisa dilakukan dengan bermain-main. Misalnya, petak umpet, menyusun puzzle sederhana, belajar mencoret, dan menyusun tutup botol. Stimulasi adalah stimulasi. Tidak ada stimulasi besar maupun kecil.
Soedjatmiko mencontohkan, anak usia tiga tahun punya kemampuan menyentuh, menggambar, membangun, berkhayal, berlari, memanjat, meluncur, mengayun, dan berkonsentrasi. Selama tiga jam mereka sudah memperoleh pelajaran dari para guru di playgroup. Sepulang dari playgroup, orangtua bisa mengasah kecerdasan anak dengan cara tak kalah fun.
“Misalnya, dengan bermain balok-balok kayu (mainan rekonstruksi). Manfaatnya, memberi anak kesempatan memanipulasi dan menumbuhkan rasa bangga atas keberhasilannya,” ulas penulis buku Cara Praktis Membentuk Anak Sehat, Tumbuh Kembang Optimal, Kreatif, dan Cerdas Multipel.
Beberapa mainan lain yang disarankan misalnya, buku cerita bergambar warna-warni atau peralatan masak. Mainan jenis ini merangsang daya imajinasi dan memberi kesempatan si kecil merealisasikan. Contoh lain, papan luncur, ayunan, sepeda tiga roda, atau alat main yang dapat dipanjat bisa melatih otot-otot besar. Mereka juga bisa belajar ketinggian untuk merangsang imajinasi maupun keberanian. Selamat mencoba (Wayan Diananto).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan posting komentar Anda, insya Allah berguna...