Empat Hal Dasar
Untuk
mewujudkan pembelajaran yang menarik (sekaligus efektif dan efisien), William
Watson Purkey dalam artikelnya berjudul “Preparing Invitational Teachers
for Next-Century Schools” (dalam
Slick, 1995:1-3) menyarankan empat hal yang harus ada dan dipenuhi dalam setiap
proses pembelajaran, demi untuk memberikan tujuan dan arah yang jelas. Keempat
hal dasar tersebut meliputi: kepercayaan (trust),
rasa hormat (respect),
optimisme (optimism),
dan kesengajaan (intentionality).
Kepercayaan.
Proses pembelajaran seyogyanya merupakan kegiatan bersama dan saling mendukung
antara guru dan siswa, di mana proses sama pentingnya dengan produk. Dalam praktik
pembelajaran harus terjadi suatu pengenalan atas “saling ketergantungan” di
antara sesama manusia. Ungkap dia: “Attempting to teach students
without involving them in the process is a lost cause.” Bahkan andaikata usaha untuk membuat
siswa melakukan apa yang diinginkan oleh guru tanpa kerja sama mereka dianggap
berhasil, energi yang dihabiskan oleh guru biasanya tidak sepadan dengan apa
yang dicapai.
Rasa hormat. Rasa hormat
dapat diwujudkan dengan kepedulian yang mendalam kepada para siswa dan perilaku
yang memadai yang ditunjukkan oleh guru. Harus dipahami bahwa setiap orang
pasti mampu, bernilai, dan cakap untuk menjadi bertanggung jawab; dan mereka
harus diperlakukan secara benar. Rasa “saling-menghormati” di antara guru dan
siswa, adalah dasar bagi terbangunnya tanggung jawab bersama, sebagai unsur
sangat penting yang harus ada dalam setiap kelas.
Optimisme. Setiap orang
mempunyai potensi yang tak terbatas. Keunikan manusia adalah tidak-adanya
batasan yang jelas mengenai potensi yang telah ditemukan. Pembelajaran yang
menarik tidak akan ada artinya apabila optimisme mengenai potensi manusia
terabaikan.
Kesengajaan. Potensi
manusia dikenali terutama dengan tempat, proses, dan program yang dirancang
untuk merangsang perkembangan; dan ini dapat dilakukan guru yang dengan sengaja
membuat dirinya menarik, bagi diri sendiri dan orang lain, secara pribadi
maupun secara profesional.
Pendekatan Pembelajaran
Ada beberapa pendekatan
atau model bagi penyelenggaraan proses pembelajaran yang menarik. Misalnya: CBSA
(Cara Belajar Siswa Aktif) atau PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif,
dan Menyenangkan). Atau yang berasal dari mancanegara (dari buku terjemahan),
seperti: “Quantum Teaching” (DePorter, 2001), ”Accelerated Learning” (Meier,
2002).
Guru dapat mempraktikkan
model atau pendekatan pembelajaran seperti disebutkan di atas, termasuk dari
buku-buku terjemahan, dengan penyesuaian tertentu. Boleh juga guru merancang
model sendiri, atau memodifikasi model yang sudah ada dan disesuaikan dengan
kondisi lapangan. Namun, model apa pun yang digunakan, unsur-unsur seperti yang
disarankan oleh Purkey dan pendapat siswa di atas harus dipenuhi.
Yang harus dipahami, model
atau pendekatan itu hanya alat. Semua kembali kepada siapa yang menggunakan
(the man behind the gun). Sebagus apa pun alatnya, kalau tidak didukung dengan
kemampuan dan kemauan pemakainya, alat itu tidak banyak gunanya. Dan untuk
hal-hal yang menyangkut peningkatan mutu pendidikan, kembalinya adalah pada
guru sebagai pelaksana di lapangan, yaitu guru yang berkualitas dan memiliki
komitmen tinggi untuk membantu siswa mencapai keberhasilan.
Komitmen di antaranya
dipengaruhi oleh kedalaman pemahaman dan keluasan wawasan tentang hal-hal yang
terkait dengan tugas. Jika guru memiliki pemahaman dan wawasan yang baik
tentang tugasnya, ia akan memiliki komitmen yang baik pula. Jadi dengan banyak
membaca, melihat, merenung atau merefleksi diri, berdiskusi dengan teman
sejawat termasuk dengan siswa, atau melakukan penelitian tentang keberhasilan
pembelajaran, guru akan mampu menyelenggarakan pembelajaran yang menarik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan posting komentar Anda, insya Allah berguna...