Sabtu, 31 Mei 2014

Humor, agar Anak Kreatif

Menjadi orangtua tidak perlu terlalu ‘serius,’  hanya peduli pada jam makan, jam tidur, jam mandi, dan hal-hal rutin dengan tujuan disiplin. Sekali-kali bersikaplah konyol yang mengundang gelak tawa anak. Humor yang mengakibatkan anak tertawa dapat meningkatkan kecerdasan, kreativitas, kemampuan bersosialisasi, empati, rasa percaya diri, serta kemampuan menyelesaikan masalah.

Menurut Louis R. Franzini, PhD, psikolog anak yang juga seorang stand-up comedian dan Ketua Laughmasters and Toastmasters International Club, AS, banyak orangtua yang tidak menyadari bahwa bersikap konyol, yang mengundang gelak tawa anak merupakan salah satu cara membuat anak bahagia. Melakukan hal-hal konyol membuat anak tertawa, luwes, kreatif, dan sehat.

Pertanyaannya melakukan hal-hal konyol seperti apa yang membuat anak tertawa? Bunda, sebagai uji coba, saat bersama anak dan ia kelihatan mulai bosan, katakan padanya, “Sebentar, ya, Bunda  tidur dulu.” Duduklah di kursi dengan mata terpejam, pura-pura tidur dengan mimik wajah lucu. Lalu buat suara mengorok yang berirama. Si kecil akan tersenyum melihatnya, bahkan mungkin meniru Anda pura-pura tidur dan mengorok. Nah, kini giliran Anda yang dibuatnya tertawa, melihat gayanya mengorok.

Ada sebuah pepatah kuno yang mengatakan bahwa tertawa 30 kali sehari akan membuat Anda sehat. Sayangnya,  semakin dewasa seseorang semakin berkurang jumlah tertawanya. Menurut penilitian,  bayi tertawa 200 kali setiap hari, bahkan  beberapa di antaranya 300 kali sehari. Sementara orang dewasa hanya 15 kali sehari.

Nah, agar anak bisa menjaga jumlah tawa dan Anda bisa menambah waktu tertawa, cobalah menjadi ‘standing comedian’ untuknya dengan melakuka hal-hal konyol, yang membuat Anda dan anak bahagia tertawa terbahak-bahak. AyahBunda.com

Jumat, 30 Mei 2014

Yuk Kita Latih Balita Agar Mandiri

Kemandirian anak tidak terbentuk begitu saja, tapi perlu dibiasakan sejak kecil. Kita bisa memberikan latihan ringan kepada balita agar mampu mandiri sejak usia dini.

Biasanya anak-anak usia dua tahunan sangat suka memilih pakaian sendiri. Bantuan orang tua adalah, sabar menghadapi anak saat ia memilih pakaiannya. Sikap orang tua yang demikian sangat membantu anak menjadi mandiri di usia muda. Langkah-langkah berikut bisa Anda terapkan:

  • Sebagai latihan awal, beri anak potongan pakaian yang sederhana dan susun di atas tempat tidur. Letakkan kemeja pada bagian atas tempat tidur, dilanjutkan dengan celana atau rok di bagian tengah, baru kemudian kaos kaki. Dengan cara ini si dua tahun belajar mengenakan busananya dengan cara sesuai urutan dan benar. Anak akhirnya tahu bahwa kaos dikenakan melalui kepala, sedangkan celana melalui kaki. Biarkan anak melakukan semua itu sendiri. Campur tangan baru dilakukan, misalnya, bila kepala anak tertahan kaos sehingga sulit keluar. Segera setelah masalah teratasi, anak dapat melanjutkan kegiatan ini sendiri.
  • Untuk mengajar anak mengenakan sepatu atau sandal dengan benar (tidak terbalik), tempelkan stiker berwarna pada bagian pinggir sepatu yang bersisian. Katakan bahwa sisi sepatu yang ditempeli stiker harus menempel, jika tidak, berarti ia memakai sepatunya terbalik.
  • Makan sendiri. Anak-anak usia dua tahun biasanya sangat gemar bermain-main dengan makanannya. Orang tua biasanya tidak membiarkan ia menyendoki makanannya sendiri, karena dapat mengotori meja makan dan pakaiannya. Padahal, membiarkan anak makan sendiri membantu ia belajar mengkoordinasikan gerak motorik dan sensorik tubuh, terutama tangannya. Awalnya mungkin mengesalkan, karena makanan berserakan di meja dan lantai. Namun jangan lantas mengambil alih pekerjaan anak dengan cepat-cepat menawarkan diri untuk menyuapinya. 
Kesabaran dan kerelaan orang tua untuk merapikan rumah lagi dan lagi, akan membuat anak terampil ketika ia menginjak usia sekolah. Seperti pada latihan makan sendiri dapat menjadi kegiatan yang sangat bermanfaat agar anak mandiri. Sesekali orang tua perlu menuntun agar ia mengerti bagaimana cara makan yang baik dan tepat. ayahbunda.coi.id